Rantau - Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, berhasil menjalankan bisnis ayam petelur di tiga kecamatan, sebagai upaya menekan inflasi di daerah.
"Bisnis ayam petelur ini menjanjikan untuk masyarakat," ujar Bupati Tapin HM Arifin Arpan saat menjenguk panen telur di Desa Antasari, Selasa.
Tiga kandang percontohan di tiga kecamatan tersebut, kata dia, membuktikan bahwa model bisnis tersebut bisa lebih ditingkatkan mengingat kebutuhan konsumsi telur yang tinggi.
Kepala Disnaker Tapin Fauziah mengatakan pembangunan kandang di lahan 14x8 meter cukup untuk menampung 400 ekor ayam petelur.
"Setelah sebulan terakhir, kini setiap hari masing-masing kandang bisa menghasilkan 300-350 butir telur," ujarnya.
Modal yang dikeluarkan melalui APBD untuk satu kandang Rp200 juta. Dengan nilai tersebut sudah termasuk biaya pakan hingga vaksin ayam selama dua bulan.
"Bisnis ini bisa diterapkan BUMDes yang tersebar di 12 kecamatan," ujarnya.
Selain untuk menekan inflasi, model bisnis ini disebut juga sebagai peluang peningkatan ekonomi masyarakat.
Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Tapin Sugian Noor menerangkan harga telur sejak kenaikan harga BBM meningkat 20 persen.
"Program kandang ayam petelur oleh Disnaker ini termasuk baru dan tepat untuk menekan angka inflasi," ujarnya saat dikonfirmasi.
Sebelum terjadi inflasi, harga telur ada di kisaran Rp25-26 ribu/kg. Kini, kata dia, stabil di angka Rp29-Rp30/kg.
Komoditas penting ini, kata dia, layak untuk dikembangkan di Tapin mengingat kebutuhan telor bergantung pada suplai dari daerah lain.