Rantau - Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan membuka bisnis ayam petelur di tiga kecamatan dengan tujuan menekan laju inflasi. 

"Alhamdulillah sejak sebulan terakhir saat diserahkan kini sudah membuahkan hasil yang baik," ujar Kepala Disnaker Tapin Fauziah di Rantau, Selasa.

Setiap kandang dengan luas 14x8 meter berisi 400 ekor ayam. Setiap hari, kata dia, rata-rata menghasilkan 300-350 butir telur per hari. 

Sementara,  penjualan telor yang dikelola langsung oleh masyarakat ini hanya dijual di sekitaran kandang. 

"Harga lebih murah sekitar 10 persen, dibanding dengan di pasaran," ujarnya. 

Modal untuk satu kandang ini, Rp200 juta. Dengan nilai tersebut, lanjutnya, sudah termasuk biaya pakan, vaksin dan lainnya selama dua bulan.

"Ini kami buat sebagai percontohan, untuk menekan inflasi di daerah," terangnya. 

Dia ingin, kandang ayam petelur ini bisa berkembang di 12 kecamatan, mengingat telor adalah komoditas penting. 

"Program ini bisa diterapkan oleh BUMDes yang ada di Tapin," ujarnya. 

Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Tapin Sugian Noor menerangkan harga telor sejak kenaikan harga BBM meningkat 20 persen. 

"Program kandang ayam petelur oleh Disnaker ini termasuk baru dan tepat untuk menekan angka inflasi," ujarnya saat dikonfirmasi.

Sebelum terjadi inflasi, harga telur ada di kisaran Rp25-26 ribu/kg. Kini, kata dia, stabil tinggi di angka Rp29-Rp30/kg.

Komoditas penting ini, kata dia, layak untuk dikembangkan di Tapin mengingat  kebutuhan telor bergantung pada suplai dari daerah lain.